Belajar Hidup Minimalis
Juli 07, 2020Larasatinesa.com - Saya nggak pernah nyangka bahwa selama 4 bulan belakangan di-rumah-aja, saya mendapatkan pelajaran berharga tentang menghargai hidup. Awalnya memang nggak disengaja, dan mungkin emang udah jalannya aja. Saya melihat sebuah vlog di YouTube tentang seseorang yang kesehariannya menerapkan gaya hidup minimalis. Bertahun-tahun dia menjalankan itu, dia sangat menikmati detik demi detik momen dalam hidupnya. Apalagi dia pun bilang sudah membatasi penggunaan social media yang penuh dengan toxic. Dia bilang, dia merasa jauh lebih bahagia sekarang.
Saya merasa bahwa dia ini keren sekali. Bisa mengendalikan nafsunya untuk nggak terlihat 'lebih' dari orang lain, memilih jalan untuk lebih mencintai diri sendiri dan tau apa yang benar-benar dia butuhkan. Bukan tanpa alasan saya akhirnya merubah gaya hidup, harus saya akui saya tidak merasa bahagia dengan barang-barang yang ada disekeliling saya. Saya seperti dikuasai oleh barang-barang tersebut, berusaha untuk menggunakan semuanya tapi ujungnya saya malah jadi menimbun.
Bohong sih kalau saya bilang sekali nonton videonya saya bisa langsung ter-influence. Akhirnya saya mencari banyak sekali info baik itu film dokumenter, video, buku, blog hingga akun-akun komunitas instagram yang bisa meyakinkan saya untuk berpindah gaya hidup ke minimalis. Dan akhirnya sampailah saya dititik untuk berkomitmen dengan diri saya sendiri; OKE, GUE MAU BELAJAR HIDUP MINIMALIS!
Apa sih minimalis itu?
Sebetulnya, nggak ada definisi saklek tentang minimalis. Semua orang bisa bebas mengartikannya. Tapi saya bisa mengambil pengertian dari yang sudah umum bertebaran di mana-mana.
- Minimalism, as a lifestyle is the art of letting go | Minimalis sebagai gaya hidup adalah sebuah seni untuk melepaskan.
- Menurut Collin Wright, minimalisme adalah penilaian ulang prioritas Anda sehingga Anda dapat mengurangi kelebihan barang, harta, ide-ide, hubungan dan kegiatan yang tidak membawa nilai lebih dalam hidup Anda.
- Fumio Sasaki; seorang minimalis adalah orang yang tau persis hal-hal apa saja yang bersifat pokok bagi dirinya, dan mengurangi jumlah kepemilikan barang demi memberi ruang bagi hal-hal utama itu.
- Minimalis adalah upaya yang memangkas hal-hal yang tidak esensial agar kita bisa sepenuhnya menghargai hal-hal yang memang berharga bagi kita.
- Minimalis adalah sebuah seni mengendalikan diri untuk memakai barang-barang yang dibutuhkan saja - Nesa 2020. Eh ini siapa sik? 😱
Nggak ada aturan pasti dalam minimalisme. Maksudnya gini; bukan berarti kamu yang punya banyak barang itu nggak minimalis, dan atau pun sebaliknya; bukan berarti kamu yang mengurangi barang-barang otomatis bisa disebut minimalis. Begitu gambaran yang disampaikan oleh Fumio Sasaki dalam bukunya. Sampai di sini mungkin udah paham ya apa pengertiannya.
Saya pikir minimalis itu cuma buat design rumah aja. Ternyata saya salah. Minimalis bukan tujuan akhir, melainkan metode yang dipakai untuk membuat saya menjadi lebih menghargai hidup.
Hari-hari saya sebelum menjalani hidup minimalis
As you know, sejak 2017 dan bekerja di creative agency saya memang jadi lebih konsumtif dalam hal apapun, tiap bulan saya bisa membeli baju, hijab, bahkan skincare baru. Saya akui kalau saya adalah tipe orang yang kalau lihat ada yang rusak sedikit, saya langsung beli baru. Boros memang. Belum lagi kalau mau traveling, saya bisa merelakan uang tabungan saya untuk membeli semua keperluan traveling baru hanya untuk sekadar kebutuhan 'mempercantik' konten di social media. Apakah dengan saya melakukan itu membuat hidup saya bahagia? Tidak sama sekali, meskipun saya selalu mengulangi ritme yang sama tiap kali akan traveling. Saya memang senang punya sesuatu yang baru, tapi beberapa hari kemudian kesenangan saya habis.
Seperti yang udah saya katakan sebelumnya di atas, saya jadi lepas kendali dan menjadi terbebani dengan semua barang yang saya miliki. Pada dasarnya memang semua manusia itu punya sisi serakah. Belum habis yang satu, lalu beli lagi yang baru dengan alasan untuk menyetok. Kamu boleh bilang saya adalah pengoleksi barang-barang. Nggak terpikir oleh saya kalau diperjalanannya nanti saya akan tergoda dengan barang yang lain. Hhh. Kamar saya yang seharusnya bisa jadi tempat paling nyaman untuk melepas penat, sekarang begitu sesak dengan barang-barang yang tadinya penting menjadi nggak penting. Saya mulai mengabaikan barang-barang lama saya ketika saya membeli barang baru. Kadar emosional saya berkurang dengan barang-barang yang sebelumnya saya puja-puja menjadi barang favorit. Semuanya sekarang nampak biasa aja.
Saya memang bukan orang yang selalu update untuk urusan trend, bukan penggila barang branded dan saya juga jarang ke Mall. Di Mall saya bisa lebih menahan untuk nggak membeli apapun. Justru yang saya nggak bisa tahan adalah online shopping. Dengan banyaknya platform yang memanjakan saya untuk belanja online saat ini, saya bisa menjadi tak terkendali. Apalagi kalau ada kata-kata 'Pre-Order'. Kata-kata ini sebenarnya semacam sihir yang mengganggu, yang membuat kita khususnya saya menjadi berpikir "Duh.. takut kehabisan nih". Belum lagi ada kata 'Paylater' yang sakti. Sakti karena bikin terlena di awal, tapi jebol di akhir. Oh ya, ada lagi kata yang sering bikin saya jadi hilang fokus; 'Sale' atau 'Discount' yang padahal rumusnya saya juga udah tau dari dulu, harga barang dinaikkan dulu baru kemudian didiskon, yang mana memang harga aslinya segitu alias harga yang udah diskon.
Selain boros, saya juga hobi mengumpulkan barang-barang pemberian mantan orang lain. Even itu cuma kartu ucapan ulang tahun, atau secarik kertas isinya kata-kata motivasi. Pfft. Saya simpan semua barang karena berpikir barang-barang tersebut akan berguna nantinya. Boro-boro saya pakai, yang ada saya lupa kalau saya punya barang tersebut.
Shopping | source: unsplash |
Saya juga adalah tipe orang yang senang sekali belanja di pasar second hand. Kalau di Bandung ada tempat seperti itu namanya Cimol. Dan kebetulan jarak Cimol dari rumah saya cukup dekat. Saya bisa betah berlama-lama di sana dengan membawa hasil 3-4 kantong belanjaan yang isinya bisa puluhan baju. Puluhan baju itu saya dapatkan hanya berbekal uang 200 rb aja. Betapa senangnya saya waktu itu, sampai saya nggak sadar bahwa lemari saya mau meledak.
Oh ya, satu lagi. Dari kecil saya selalu pindah rumah. Maklum orangtua saya adalah perantau yang menetap di Bandung. Harusnya saya tau kalau sering pindahan gini, saya lebih selektif untuk membeli barang-barang. Supaya nggak kerepotan dibawa pindah sana sini. Anehnya tiap kali saya merapikan serta membuang barang sewaktu pindahan, barang-barang saya tetap masih banyak. Namun saat itu saya masih belum sadar, dan tetap membawa barang-barang tersebut ke rumah baru saya.
Kenapa akhirnya memilih gaya hidup minimalis?
Suatu hari pas lagi lelah-lelahnya sama kehidupan yang fana ini, tiba-tiba Ibu saya mengeluhkan tentang baju dan hijab saya yang udah terlalu penuh di lemari. Saya diingatkan untuk jangan suka menimbun barang-barang karena nanti di akhirat kelak, semua yang kita punya akan dihisab. Saya pun tertegun.
Iya sih bener juga. Ditambah lagi saya anaknya emang malas banget buat setrika baju. Kan nggak sinkron ya, punya banyak baju tapi malas merapikan. Dan terhitung sejak bulan Februari lalu, saya tidak membeli baju baru lagi. Mungkin karena keburu ada COVID19, saya nggak bisa ke mana-mana dan nggak perlu baju baru dulu. Ini jadi semacam pencapaian yang harus saya syukuri.
Sebenarnya saya dulu sempat menjual dan mendonasikan barang-barang saya karena peralihan dari yang tadinya tidak berhijab menjadi berhijab. Sayang setelah semua barang tersebut laku terjual saya lupa dan malah hedon membeli perlengkapan fashion hijab setelahnya.
Gaya hidup minimalis bukan sekadar mengurangi barang-barang yang saya punya, tapi juga bisa melatih kesabaran dan mental saya untuk selalu merasa cukup dengan apa yang udah saya miliki. Saya jadi lebih tau apa aja yang benar-benar saya butuhkan. Bukan berarti saya mengabaikan keinginan saya, hanya sekarang saya berpikir ulang apakah keinginan saya tersebut memang yang saya butuhkan atau nggak. Dengan begini saya jadi bisa lebih bijak dalam berkonsumsi.
Sadar nggak sih punya sedikit barang itu bikin bahagia? Nggak ada beban kayak kita lagi pergi traveling, cuma bawa beberapa barang yang dianggap perlu aja.
Tas travel yang isinya hanya barang-barang yang dibutuhkan | source: unsplash |
Memulai Belajar Hidup Minimalis
Saya memang belum full 100% berpindah menjadi minimalis. Semua saya lakukan dengan pelan-pelan. Melepaskan sesuatu yang tadinya disayang itu nggak mudah tau #UHUK! Tentunya penuh drama dan pergolakan batin. Mungkin nggak hanya saya di sini yang kalau mau 'buang' sesuatu pasti flashback ingat sejarah mendapatkan barang tersebut. Ada perasaan nggak rela dan cemas nantinya ketika barang tersebut jadi milik orang lain. Bisakah orang tersebut merawatnya sebaik saya merawatnya? #HALAH
Padahal kalau dirawat dengan baik kan kagak mungkin dibuang yee. 😂
Dari sini aja saya udah disuruh belajar ikhlas. Ikhlas itu mudah sekali diucap tapi sulit dilakukan. Saya pun juga sama seperti itu. Saya nggak se-positif itu kok jadi orang. Wkwk. Tapi sekarang saya punya prinsip apapun yang dirasa sesak memang harus dilepaskan walau dengan berat hati, selama itu bisa membuat diri kita bahagia. Nggak apa-apa berat di awal, tapi nanti ringan di akhir.
JADI YA KALAU NGIKHLASIN SESEORANG AJA KAMU BISA, IKHLASIN BARANG DOANG MAH GAMPANG KAN YHAA?! 😆
*iya ini ngomong ke diri sendiri kok
Saya nggak rugi memilih jalan menjadi minimalis. Awal perjalanan aja saya udah dapat pengalaman berharga. Saya bener-bener excited banget dengan hari-hari saya ke depannya!
Beberapa orang ada yang underestimate sama saya untuk bisa memulai hidup minimalis, karena mungkin melihat perilaku saya yang konsumtif. Atau kalau pun berjalan itu nggak akan lama, ini tuh semacam euforia sesaat yang intinya saya cuma ikut-ikutan aja. Yaa nggak apa-apa, saya juga meragukan komitmen saya awalnya. Saya bisa nggak ya hidup minimalis? Nanti kalau di tengah jalan saya nggak konsisten gimana? Kalau mikirin itu terus, saya nggak akan pernah tau. Semuanya juga butuh proses, nggak langsung bisa berubah 360 derajat. Yang bisa ambil manfaatnya kan saya sendiri, bukan orang-orang yang berusaha untuk mematahkan semangat saya itu.
Dan ada pula yang beranggapan kalau saya bakalan memotong semua anggaran dengan ekstrim. Termasuk memotong anggaran bulanan saya menjadi sekecil-kecilnya untuk menjadi minimalis.
Tentu tidak, Fulgoso! 😏
Jadi sepemahaman saya, gaya hidup minimalis dengan gaya hidup pelit itu berbeda jauh. Minimalis itu lebih ke belajar mengendalikan nafsu untuk memakai hal-hal yang dibutuhkan aja. Belajar merasa cukup, dan mencintai apa yang sudah dimiliki. Urusan harga barang yang digunakan itu tergantung standar masing-masing orang yang menjalankannya. Nggak ada patokannya.
Contoh: kalau punya skincare yang belum habis, jangan sampai impulsif untuk beli yang baru dulu. Pakai sampai habis dulu baru beli. Tapi kan Nes, skincare-nya belum tentu cocok? Makanya sekarang banyak yang jual share in jar. Kalau ada konsep jualan kayak gitu, ya manfaatin kali. 😂
Skincare share in jar | source: unsplash |
Intinya, saya udah nggak mau lagi menumpuk barang-barang yang serupa di rumah. Kalau saya punya prinsip "quality over quantity" yang saya artikan; lebih baik punya barang 1 tapi multifungsi ketimbang punya banyak barang yang fungsinya cuma 1.
Hal-hal yang saya lakukan ketika memulai hidup minimalis
- Menonton channel YouTube tentang minimalis dan film dokumenter di Netflix "The Minimalist"
- Membaca buku "Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang" - Fumio Sasaki
- Pakai barang sampai habis atau rusak.
- Menahan diri untuk tidak membeli barang-barang yang tidak dibutuhkan atau sekadar membeli karena alasan unik / lucu. Ada cerita nih. Sebelum lebaran kemarin, tas incaran saya di salah satu toko online sedang diskon besar-besaran, tapi saya tahan untuk nggak membeli tas tersebut dengan alasan tas saya udah banyak. Padahal kalau kamu mau tau, saya punya voucher juga di toko tsb. Ujungnya saya tetap nggak beli dan saya bangga. Hahaha!
- Decluttering semua barang yang bikin sesak di rumah: pakaian, hijab, tas, skincare, buku, termasuk menghapus foto-foto di gallery hp yang udah nggak terpakai. Decluttering ini bisa jadi membuang, menjual atau mendonasikan. Btw, saya akan bahas tentang decluttering ini lebih dalam dipostingan berikutnya ya.
- Belanja bulanan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Sebelum membeli barang, saya biasanya selalu cek rekomendasi produk di BestRekomendasi untuk tau barang tersebut worth it atau nggak buat saya beli.
- Membeli E-book ketimbang buku fisik.
- Memisahkan sampah plastik dan kaca bekas produk skincare untuk nantinya didonasikan.
- Beralih menggunakan barang-barang reusable yang ramah lingkungan.
- Berhenti mengikuti akun-akun gosip yang penuh toxic di social media, unfollow semua online shop yang bikin gelap mata sampai kantong jebol. Haha!
- Melunasi hutang paylater, dan berusaha untuk tidak tergoda dengan paylater ketika belanja online selanjutnya.
- Memakai barang-barang yang multifungsi dan long last.
- Tiap mau melakukan sesuatu (termasuk kerjaan) selalu berpikir: saya bahagia nggak ngelakuin itu?
- Follow akun-akun komunitas di instagram, seperti;
@lyfewithless: Para penggiat hidup minimalis.
@tukarbaju_: Para penggiat solusi sampah fesyen & limbah tekstil di Indonesia.
@zerowastechange.id_official: Komunitas yang mengajak masyarakat untuk bergaya hidup zero waste dalam meminimalisasi sampah.
@waste4change: Startup that provides responsible waste management service.
@lepaswear: para penggiat pesan tentang melepaskan lewat keramahan para kain.
- Yang terbaru, saya sekarang sedang mengikuti challenge #MulaiDariLemari yang diadakan oleh @tukarbaju_ dan @lyfewithless untuk berkomitmen tidak membeli baju baru selama 3 bulan. Yakin sih bakalan dapat insight banyak dari sini. Semoga saya bisa konsisten dan semakin merasa cukup dengan apa yang dimiliki.
Di sini saya nggak memaksa kamu sekalian untuk menjadi minimalis seperti saya. Saya hanya ingin bercerita betapa senangnya saya memulai hidup minimalis. Semakin dewasa, saya semakin ingin hidup tenang dengan menjalankan slow living.
And make a lot meaningful things in my life.
Jadi buat memulai hidup minimalis nggak harus ekstrim merubah segalanya kok. Semua bisa dilakukan secara bertahap. Perlu diketahui juga batasan minimalis seseorang itu berbeda-beda. Dan saya pun nggak sanggup kalau harus punya pakaian hanya 3 potong. Gila aja lo! Hhhh.
Cheers,
Nesa
136 comments
Wah senengnya deh nambah temen dalam belajar minimalis. Akupun memulai gaya hidup minimalis sejak 3 tahun belakangan tapi aku ngga ngeuh itu namanya minimalis. Pas baca buku Francine aku yakin yang aku lakukan itu adalah value minimalism.
BalasHapusSemangat mbak!
HapusKeren. Semoga istiqomah selalu. Lanjutkan! Dalam agama kita sudah lengkap banget perihal hidup minimalis layaknya Rasulullah. Dan yup, tulisanmu menginspirasi sekali.
BalasHapusTerima kasih teteh, kangen deh :))
Hapuskalo aku godaannya di baju sih kak, makanya solusinya punya baju semua warna untuk kebutuhan kerjaan, sisanya banyakin warna basik, dan udah deh ngga pernah beli lagi udah berapa bulan ini.
BalasHapusIyaa sama banget, memang fashion ini menggoda sekali. Tantangan banget pokoknya.
HapusAku juga udah coba dikit-dikit hidup minimalis. Kemarin baca buku yang Jepang itu ama yang versi Barat Francine Jay. Emang bener sih, lebih nyaman kalau seidkit barang. Gak pusing mikinin bersih-bersihnya wkwkw
BalasHapusDan nggak pusing milihnya juga hehehe
HapusKepo banget langsung aku cek ig nya. Pengen nyoba juga bisa hidup minimalist.
BalasHapusHehe iya mbak silakan
Hapussejak corona nih aku udah gak pernah beli baju baru, malah mulai dijual2in :) lumayan buat beli jajanan (halah...)...
BalasHapusAku jg mikir, terlalu banyak brg gak kepake jd lebih baik direlakan atau dijual saja
Hahaha Mbak Ria emang racun jajan makanan mulu, ngiler akuu lihat IG nya.
HapusSaya juga sudah mulai nih mengurangi hal-hal yg sepertinya gak perlu-perlu banget...kaos aja kalau sdah sobek banget baru ganti heheee....
BalasHapusKeren kak, lanjutkan!
HapusNah..ini nih. Masih PR banget buat saya. Kamar dah sesaaak banget, tapi blom juga bisaerelakan. Hiks.. Thx pencerahannya ya..
BalasHapusHarus diniatkan dan disempatkan mbak :)
HapusMasya Allah, keren sampai bisa berbagi cerita inspiratif begini. Memang challenging banget, gak perlu ekstrem sih kalo menurut saya. Bertahap. Alhamdulillahnya kita yang berhijab bisa padu-padan OOTD.
BalasHapusSaya sejak lama jaraaang banget beli baju baru. Syukur kalo ada sekali setahun, seringnya malah tidak hehe.
Iya mbak Alhamdulillah, pandemi ada hikmahnya juga jadi kenal sama gaya hidup minimalis. Semoga semakin mindful jalanin hidup :)
Hapusakuuu juga lg belajar hidup yg miniiiimalis :) gak banyak mau hehe tp yg dibutuhin aja yg ada gt :) enak yah jd simple aja rasainnya :)
BalasHapusSemangat ya mbak :)
HapusKesukaan aku banget sih, pengen berjiwa minimalis, termasuk menyoal rumah dan gaya hidup. Tapi pernah juga aku dikira terlalu apa adanya, misalnya soal memilih baju atau barang2 utk rumah.
BalasHapusMenarik artikelnya mbak Laras :)
Nggak apa-apa mbak dibilang terlalu apa adanya, yang penting kita pede dan happy pakainya.
HapusHidup minimalis ini prosesnya gampang2 susah. Aku udah baca beberapa bukunya, prakteknya yang belum perfect hihi
BalasHapusHehe semoga bisa segera dipraktekan kak
HapusWah ternyata kk sudah memulai gaya hidup ini yah, klo ga salah gaya hidup ini yg juga dipraktikan sama pendiri facebook dan almarhum pendiri apple yah.
BalasHapusBetul sekali, mereka juga penggiat minimalis.
HapusCita-cita saya juga nih, hidup minimalis. Dua Minggu lalu berhasil ngeluarin baju2 yang nggak kepakai sampai 2 karung, dan rasanya lemari masih penuh aja. Tfs kak
BalasHapusMbaknya keren sekali :))
HapusSama nih, aku juga lagi belajar untuk lebih minimalist, sesimple soal baju dan perlengkapan sehari-hari. Anak-anak juga mulai kuajak, suami nih yang masih susah hahaha. Dan nyatanya minimalis itu enak koq.
BalasHapusPelan-pelan aja mbak, nanti juga ketemu ritmenya.
HapusSelamat menempuh gaya hidup yang baru... pasti gak mudah.. tapi semoga dimudahkan... semangadddd
BalasHapusTerima kasih mbak buat supportnya :)
Hapusaku juga lagi melakukan hal yang sama, ngerasa bersalah sama diri sendiri kalo barang terlalu numpuk dan jarang kepake. mulai sekarang nyimpen yg bener2 kepake aja biar ga terkesan berantakan jg di rumah hehe
BalasHapusIya semangat yaaa
HapusHmmm, since for a long time. We are do it mba. Minimalis not mean stingy but know what are the prioritiws in life
BalasHapusYou did it, mbak!
HapusAku juga suka belajar minimalis kak jadi lebih simpel
BalasHapusAlhamdulillah kak
HapusAku masih sering bocor nih mba, belum bisa hidup minimalis dengan sempurna. Semoga bisa belajar darimu, jangan bosen-bosen nasihatin dan nulis tips hidup minimalis ya mbaa
BalasHapusNggak apa-apa mbak, aku pun sama masih belajar. Siap, aku bakalan sering nulis hehe.
HapusAku dari dulu belajar buat lebih hemat, gak banyak beli barang jika gak butuh. Gak tahu deh ini minimalis atau gak. Karena kadang ada beberapa hal yang agak sulit dilepaskan
BalasHapusHmm kalo hemat masih ada hubungannya sama minimalis sih, yang nggak ada hubungannya sama minimalis itu pelit hahaha.
HapusBener mba, selain bisa menghemat pengeluaran, dengan gaya hidup minimalis rumah pun nggak penuh barang. Aku lagi coba dengan ngurangin beli makeup, baju dan kerudung sampai buku.. kamarku wes penuh
BalasHapusHahaha sama nih kamarku juga mbak. Yok semangat :))
HapusSaya juga sudah mulai menerapkan gaya hidup minimalis sejak hampir dua tahun terakhir. Terus jadi inget lagi, ternyata terakhir beli baju adalah 7 bulan lalu. Lama juga. Barang-barang yang tadinya ingin saya koleksi, sekarang udah gak ada, habis saya jual-jualin. Sekarang beneran beli barang yang dibutuhin aja. Isi lemari bener-bener pakaian yang sering dipakai aja. Selain bikin gak banyak beban pikiran, kamar rasanya juga jadi lebih luas. Haha, thanks to minimalism sekarang udah gak pernah nungguin sale atau promo apa pun di onlines shop. Kalau emang butuh, beli tanpa nunggu diskon. Kalau gak butuh, gak akan checkout walaupun diskon 90%.
BalasHapusWuiih cakep mas, lanjutkan!
HapusAku juga mulai ingin minimalis dengan tidak membeli baju baru, alasan utama karena baju yang lama bingung mau dikemanaain sih.
BalasHapusGak sadar ternyata nimbun kain segitu banyaknya .
Iyaa mbak, tapi kenapa selalu bilang kita nggak punya baju ya :))
HapusSalah satu jebakan konten kreator adalah: HEDONIS TREADMILL.
BalasHapusSering shopping barang2 yg "kliatannya lucuuuuuk nih buat konten" gituuu mulu, tapi ya kita kayak lari2 di treadmill aja.
MINIMALISM adalah KOENTJI untuk mengenyahkan hedonis treadmill ini.
Waah aku malah baru tau istilahnya mbak hehe
Hapuswah keren deh kamu... aku tuh baru ngurang-ngurangin sepatu sama baju dua bulan kemarin, oh sama shawl juga.. trus nahan diri gak beli2 lagi.. tapi kayaknya masih ada deh nih yang harus dikurangin juga
BalasHapusAyoo teh semangat decluttering hehe
HapusHwaaa kok aku mbayanginnya susah ya buat hidup minimalis, apalagi aku suka mix n match baju biar serasi. Belum lg urusan skincare sm makeup yg suka nyoba2 dan buat bikin review dan tutorial, huhuhu
BalasHapusJustru tantangannya di situ mbak, kalo belum sanggup yaa nggak usah dipaksain. Soalnya ini mah panggilan jiwa wkwk
HapusPada dasarnya jika mengikuti sunatullah pasti lbih baik dan menenangkan mba, Rasulullah pun mengajarkan jika kita membeli 1 barang hendaknya 1barang yg kita miliki bisa kita sedekahkan 😊
BalasHapusBetul sekali mbak
HapusDari gaya hidup minimalis jadi lebih mengajarkan kebiasaan untuk lebih menghargai apa yang ada juga ya kak, sehingga tidak berlebihan dan dipakai sesuai kebutuhan
BalasHapusIya kak lebih menikmati apa yang udah dipunya.
HapusDecluttering itu PR banget, hiks. Kemarin kerasa sekali waktu pindahan rumah, akhirnya "terpaksa" singkirkan banyak barang karena tempatnya juga memang terbatas. Yang berat juga memang adalah kado-kado, apalagi kado boneka anak-anak. Banyak dan rasanya bersalah aja gitu kalau dikasih ke orang lain sekalipun mungkin akan jadi lebih bermanfaat. Tapi memang harus direlakan sih, ya....
BalasHapusIya mbak, malah lebih berdosa kalau dibawa lagi tapi nggak digunakan. Hehe.
HapusSemangat Dan Istiqomah ya neng Mesa. Kamu baru 4 Bulan gaknbelanja baju, Saya 1 tahun sekali belanja baju. Belanja jilbab terakhir 2 tahun lalu. Tapi lemari tetap penuh bingung euy hahaha
BalasHapusHahahaa makasih mbak. Mending didonasiin aja kalo bingung hihi
Hapuspe er aku masih banyak nih buat merelakan beberapa barang terutama baju, sepatu, dan tas dikurang-kurangi
BalasHapusidem kak.. aku pun masih belajar tapi belum tahapan ekstrim.. karena masih aering terjebak di rasa sayang kalo dibuang
HapusSebelum jadi full time reviewer, aku dulu juga hidup minimalis mbak, rasanya enak banget loh, seriusan. Tapi setelah jadi reviewer udah gak bisa nerapin hidup minimalis. Bisa sih, tapi susah. Belum aku coba juga sih wkwkwk.
BalasHapusHahaha tau kok gimana rasanya. Susah karena banyak barang review yaa.. Semoga ketemu jalan tengahnya hehe.
Hapusmakasih sahringnya, lebih ke hidup sederhana ya
BalasHapusSama-sama, semoga bermanfaat mbak
Hapusbener banget Aku juga pengen punya hidup yang minimalis gitu dan disekeliling aku tuh rasanya yang minimalis aja nggak usah perlu banyak barang dan lain-lain
BalasHapusHarus diniatkan bener-bener mbak kalo mau pindah ke minimalis.
HapusBelajar hidup minimalis itu nggak mudah ya mba, tapi wajib belajar juga apalagi untuk merasa bersyukur dengan apa yang kita punya. Nggak usah beli yang ga penting kadang aku masih bocor heheh keinginannya kebanyakan.
BalasHapusYups, setuju mbak
HapusKeren, Mbak Nesa, udah bisa menerapkan hidup minimalis. Saya sejak baca buku Fumio Sasaki itu bawaannya pengen decluttering terus hahaha. Tapi memang hidup minimalis itu rasanya bikin hidup lebih praktis ya.
BalasHapusIya mbak udah mulai terasa manfaatnya bikin hidup lebih ringan
HapusKalau saya merasanya gak banyak belanja. Tetapi, kok ya tetap aja barangnya banyak. Akhir-akhir ini juga sering diskusi sama suami tentang keinginan mengosongkan sebagian isi rumah. Pengen banget punya rumah yang berasa lapang. Tetapi, memang niat aja gak cukup. Prakteknya sortir barangnya masih turun naik moodnya
BalasHapusHarus terus dimotivasi berarti mbak, coba follow aja akun-akun penggiat minimalis siapa tau tergerak hehe
HapusWah salfok sama belanja di Cimol 200raba bisa kantongi baju pilihan kakah..asa waktu itu pas kuliah ke Cimol aih harganya kok selangit akhirnya pulang hanya manyun ga dapat apa2 apa aku yang ga bisa nawar yah..btw setuju sih sama gaya hidup minimalis aku udah lakukan sih
BalasHapusWaah itu gatau tahun berapa atuh teh meni seneng dapet blazer banyak. Kalau sekarang udah mahal banget Cimol karena udah banyak yang tau.
HapusTos kita..awal pandemi membuat saya bertekad bebenah rumah dan diri. Jadilah ada berapa kardus baju, buku, peralatan dapur dan apalah-apalah yang keluar dari rumah. Sekarang rasanya saya lebih lapang. Baik secara nayata karena ruangan di rumah jadi lebih lega, juga lapang di hati karena punya barang sesuai fungsi. Meski belum bisa saklek, tapi paling tidak saya sukses sejak awal Maret ga beli baju dan apapun seputar itu yang ga perlu.
BalasHapusYeaay, seneng bacanya. Gpp mbak sedikit dulu namanya juga proses. Semangat ya!
HapusHahaha iya lah kak mana sanggup hidup cuma punya baju 3 potong, yang pasti belum sanggup menghadapi cibiran orang yang nyinyir kita nggak pernah ganti baju juga.
BalasHapusTapi hidup minimalis cita-citaku juganih
Hahaha yang wajar-wajar aja ya mbak gausah terlalu ekstrim gitu
HapusAku jadi ingat jaman ngantor, setiap mau ke kantor malamnya selalu "duh besok pakai baju apa ya?" Padahal segitu banyak baju dilemari dan bisa di mix and match. Dulu sebelum kenal sama minimalis aku lebih cari ke mix and match, eh sekarang semenjak Marikondo jadi lebih cuek dan ya udah mix and match yang ada.
BalasHapusHahaha sama, apalagi kalau baju kantornya casual bebas. Macam mau pergi kuliah. Dulu sempet kerja di tempat yang ada seragamnya dan nggak bingung mikir pakai baju apa. Tapi sekarang ke kantor cuek aja mau pakai baju yang itu-itu mulu hihi
HapusMaret kemarin saya ikut #kelasberbenahsadis ketampar banget tuh dibagian bersih-bersih lemari, aduuuhh ini berat banget deh saat ngitung semua isi lemari seisi rumah, belum lagi barang-barang lain apalagi perintilan-perintilan kecil, duuhh.
BalasHapuspas dikasih materi hisab itu yang bikin jleeeeb sih emang, huhuhuh.
Perintilannya pasti barang-barang sentimental ya mbak makanya susah buat bersih-bersih, harus bener-bener direlain tuh hehe
Hapusi do agree with yo. be minimalis so can learn be pattient and gratefull every day.
BalasHapusLet's do it, mbak. Hehe.
HapusPas kemarin cuti 3 bulan, aku sedikit bisa mengarah hiduo minimalis. Bongkar lemari, baju-baju yang jarang dipakai dan masih bagus aku singkirkan, aku kasih ke adikku, dan temen-temen yang mau. Yang di lemari aku sisakan yg setiap hari dipakai.
BalasHapusTetapi pas awal Juli kemarin masuk kerja lagi, eh, hari Jumat itu ada kebijakan pakai baju casual. Karena baju batik dipakai hari Rabu.
Gara-gara kepikiran baju casual, saya jadi mikir lagi buat beli baju dan celana panjang lagi.
Bener banget, Mbak. Apa yang kita miliki, kelak di akhirat akan dimintai pertanggungjawabannya. 😭😭
Padahal sih ya mau kita pakai baju itu-itu aja, orang nggak akan ngeuh. Kita nya aja yang kadang bikin ribet sendiri. Bener mbak nanti dihisab, yuk pindah ke minimalis. Hehe.
HapusNesa, selama 3 bulan terakhir aku belajar decluttering. Tiap hari coba maju dikit-dikit membuang sekardus demi sekardus. Banyak banget!!
BalasHapusGa semua dibuang ke tong, ada juga yang rehome supaya tetep bermanfaat. Rasanya tuh legaaaa bisa mengurangi isi rumah.
Wihh mbak keren sekalii
HapusPengen banget hidup minimalis gini. Soalnya pusing dan gak nyaman banget dengan segala yang numpuk di rumah. Paling banyak tuh pakaian, padahal yang dipakai ituitu aja. Sama yaa itu berkasberkas. Sering disimpan dengan alasan sayang aja, biar ingat momennya, dll. Padahal yaa kalau udah numpuk gitu, bikin pusing juga.
BalasHapusHehe harus mulai belajar merelakan mbak kalau mau hidup minimalis
HapusAku Suka banget sama Fumio Sasaki seorang minimalis adalah orang yang tau persis hal3 apa saja yang bersifat pokok bagi dirinya, dan mengurangi jumlah kepemilikan barang demi memberi ruang bagi hal2 pokok lagi berusaha jadi itu
BalasHapusSemangat mbak
HapusSudah tiga tahun belakangan ini saya juga mulai menerapkan hidup minimalis. Setelah mendengar dari ustad di majlis taklim, kalau semua barang yang kita punya akan dihisab. Jadi sekarang menyimpan barang yang benar-benar diperlukan aja
BalasHapusIya teh, salah satu alasan juga kenapa pindah gaya hidup karena itu.
HapusSayapun sudah lama menerapkan pola hidup minimalis, tapi malah disebut oleh saudara-saudara, kalau itu bukan hidup minimalis melainkan pelit. Padahal beda kali pelit dengan hemat, ya kan?
BalasHapusBeda dong. Hemat itu membeli yang dibutuhkan, kalo pelit memangkas pembelian kebutuhan dengan membeli barang yang asal murah; padahal sebenernya barang tersebut nggak cocok buat kita.
HapusAku juga mau belajar dan pastinya tidak mudah untuk mengubah gaya hidup ini. Tapi semangaaat
BalasHapusSemangat mbak Indah
HapusBisa hidup minimalis itu pencapaian yang luar biasa ya mba nggak semua orang bisa menjalani. Salut sama kamu mba, semoga aku pelan-pelan bisa belajar juga
BalasHapusTerima kasih mbak, semangat yaa
HapusOh...ternyata membaca e-book termasuk dalam kategori minimalis yaa..
BalasHapusAku pikir karena sekarang gak bisa ke toko buku, jadilah jalan-jalan maya aja lalu beli pakai Google Play.
Iyaa, aku sekarang kalau beli buku digital semua teh :D
HapusDengan menonton banyak hal tentang trna yang sama akan menjadi inspirasi ya mba untuk kita
BalasHapusBetul mbak, harus banyak cari tahu intinya.
HapusDiet itu termasuk konsep hidup minimalis gak Kak? Hehehe
BalasHapusMenurutku masuk kalau dietnya defisit kalori. Karena jadi bisa tau asupan kalori seimbang yang masuk perharinya.
HapusHiii, aku juga sedang belajar hidup minimalis semenjak tahun lalu. Senang rasanya kalau ada yang memulai hidup minimalis juga! Selain jadi lebih mindfull, bisa nambah tabungan juga ya hahaha.
BalasHapusSemangat! Semoga komitmennya bisa berjalan lancar 💪🏻
Aamiin, semangat juga buat kamu yaaa!
HapusYa ampuuun ini udah lama sbnrnya mau aku jalanin nes. Tp masalahnya ga prnh Nemu sepakat Ama suami. Aku tipe yg ga suka juga punya BRG terlalu banyak. Rumah jd numpuk dan kliatan berantakan. Tp suami dan keluarganya kayak punya kebiasaan utk sayang Ama barang2 apapun bntuk dan fungsinya, even udh rusak -_-
BalasHapusAlasannya sih, mungkin suatu saat dia mood utk memperbaiki, akan diperbaiki. Yg nth kapan jd kenyataan. Kadang2 aku buangin aja tuh BRG tanpa sepengetahuan dia.
Susah kalo pasangan ga sekata soal begini. Tp setidaknya utk aku, udh mau coba sedikit demi sedikit. Skr buku aku LBH suka baca e-book. Kalo beli 3 baju, berarti ada 3 baju di lemari yg aku buang. Kalo skincare aku ga terbiasa Gonta ganti merk.jd pasti pake sampe abis. Skr aku mau buangin tas2 ku nih. Dulu koleksi, tp cm diliat doang. Yg dipake cuma 2-3. -_-..
Wah mbak Fanny partnernya masih maksimalis. Nggak apa-apa mbak Fanny semuanya bertahap. Kalau sampai dibuangin tanpa sepengetahuan berarti suaminya nggak sadar ya mbak punya barang tsb. Wkwk.
HapusSemoga suatu hari suami mbak Fanny sadar sendiri kalau udah sumpek lihat barang-barang yang ditumpuk.
Same energy. Aku juga suka ga tahan liat skin care baru, tas2 lucu, dll. Sampai temanku blg "nanti kan akan dihisap di akhirat." Aku jadi takut buat beli hal2 yg ga terlalu dibutuhkan lagi. Harus hidup hemat mulai sekarang.
BalasHapusAyok mbak, biar hidup lebih mindful hehe
HapusSaya juga mulai mencoba hidup minimalis. Tidak membeli baju selama 3 bulan, menahan diri untuk tidak impulsif membeli skincare dan make up. Worth sih tapi bertahap. Soalnya emang agak sumpek lihat lemari udah mau meledak 😂
BalasHapusUdah mulai terasa ya manfaatnya, semoga bisa seterusnya ya
Hapussaya pengen nyobaik hidup minimalis susah. kalau baju memang udah ga beli lagi. tapi skincare yg bikin explore terus, beli skincare 1, belum habis nyobain yg lain lagi. memang sih pada akhirnya habis tapi semasa belum habis udah beli brand lain.
BalasHapusBener banget kak skincare tuh racunnya gila-gilaan apalagi kalau udah buka TikTok banyak banget review, aku paling susah nahan beli masker nih. Hihi.
HapusSebenarnya inti pembelajaran gaya hidup minimalis itu adalah hidup dengan SEDERHANA. That's it. Itu kan yang diajarkan Rasulullah kepada kita. Insya Allah kita semua bisa mengarahkan kehidupan dengan cara seperti ini. Tidak mudah mungkin, tapi bisa diusahakan.
BalasHapusIya betul mbak, jadi pembelajaran seumur hidup nih.
HapusHarus dimulai saat ini juga ya untuk hidup minimaslis. Aku juga terasa banget waktu mau pindahan rumah. Banyak barang yang sesungguhnya nggak dibutuhkan.
BalasHapusAnehnya pas pindahan ada aja yang harus dibuang :))
HapusSelamat memulai petualangan menjadi seorang minimalis mbak. Kalau ada yang meragukan komitmenmu, biarin aja.
BalasHapusAnyway, soal decluttering. Menurut saya, yang bikin itu berat adalah karena kita fokus untuk membuang. Padahal sebenarnya, decluttering itu adalah soal memilih apa yang mau disimpan, bukan yang mau dibuang.
Waah aku setuju mas sama pendapatnya. Kalau 'membuang' terkesan lebih ekstrim ya hehe.
HapusSaya suka tuh quote ttg minimalis dr Nesa 2020. Itu siapa ya? Kayak pernah baca gitu.. hahaha..
BalasHapusBener banget mba Nesa, hidup minimalis itu berarti menggunakan barang atau melakukan sesuatu sesuai kebutuhan kita, bukan hal yg sia2. Kan diajarkan juga dalam islam spt itu. Kalau memang mau nambah barang, harus sedekahkan dulu barang sebelumnya. Biar bermanfaat selalu barang2 kita.
Hahaha jadi malu.
HapusBetul mbak, pakai istilah one in one out. Kalau mau beli sesuatu harus ada yang keluar dulu, biar balance kan ya..
aku juga lagi belajar untuk belanja produk thrift agar membantu siklus daur ulang.. biasanya pasti pengen beli baru karena modelnya banyak yang lebih unik, padahal dengan kita beli second hand masih bisa juga dikreasikan :D
BalasHapusWaah aku juga lagi seneng banget kepoin produk thrift. Mayan lucu-lucu nggak pasaran pula ya mbak.
HapusSaya sepakat dengan kalimat mbak yang ini:
BalasHapus"Jadi ya kalau ngikhlasin seseorang aja kamu bisa, ikhlasin barang doang mah gampang kan yhaa?! 😆"
Saya juga melihat dari arah sebaliknya, kalau sudah terbiasa mengikhlaskan barang yang tadinya dikira bakal ga bisa dipisahkan darinya, lama kelamaan bisa mengikhlaskan seseorang, aktivitas, dan lain-lain.
Salam kenal, mbak, saya menikmati tulisan-tulisan bertema minimalism :)
Hmm.. kebalikannya dong ya hihi.
HapusKarena menurutku lebih berat ikhlasin seseorang ketimbang barang, jadi ketika udah ikhlas sama kepergian seseorang berarti nggak akan berat lagi ikhlasin barang-barang hahaha. Kayak aku pas pisah sama mantanku, barang-barang peninggalannya aku jual tanpa merasa berdosa. LHO KOK CURHAT SIH :)))
Terima kasih udah mampir :)
Bismillah, mau coba nih kak,kapok kalo habis shoping pasti nyesel ddan resah, beberapa hari terakhir tertarik banget dengan gaya hidup minimalis, dan tadi siang aku bongkar kamar aku walaupun tiap barang jadi flashback, ternyata baru tahap awal udah kerasa beratnya, tapi insyaAllah bisa, berusaha yakin dan ngumpulin niat...
BalasHapusAyo kak semangat yaa.. semoga dimudahkan jalannya buat hidup minimalis.
HapusSaya tertarik untuk mencoba gaya hidup minimalis.. Masalahnya kemungkinan besar istri saya tidak akan bisa setuju.. :D
BalasHapusPelan-pelan aja kak, nggak usah dipaksain kalau istrinya belum bisa. Nanti juga lama-lama kepo kalau kelihatan manfaatnya. Hehe.
HapusHi, thank you so much for stopping by. Let's connected!
- nesa -